Photo by Rifqi |
Pada tanggal 11
– desember -1964 resmilah sudah organisasi yang bernama MAPALA (Mahasiswa
Pecinta Alam) yang dicetus oleh Soe Hok Gie, seorang aktifis UI tahun 60’an. Seperti yang dikutip dari
Walt Whitman
dalam buku hariannya : "Sekarang aku melihat rahasia pembuatan
orang terbaik itu adalah untuk tumbuh di udara terbuka dan untuk makan dan
tidur dengan bumi”
Dalam tulisannya di Bara Eka
(13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan bahwa, “Tujuan
Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan
mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat
dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa
patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela
mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia
secara menyeluruh barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.” Para
mahasiswa itu diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, mencoba
menghargai dan menghormati alam dengan menapaki alam mulai dari lautan hingga
ke puncak-puncak gunung. Mencoba mencari makna akan hidup yang sebenarnya dan
mencoba membuat sejarah bahwa manusia dan alam sekitar mempunyai kaitan yang
erat. Sejak saat itulah Pecinta Alam merasuk tak hanya di kampus melainkan ke
sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, lorong-lorong bahkan ke dalam
jiwa-jiwa bebas yang merindukan pelukan sang alam.
Tak
ingin ketinggalan, beberapa mahasiswa IAI Dalwa mendirikan DAPALA (Dalwa
Pecinta Alam) pada 2017 kemarin. Yang dipelopori oleh Ust. Zainal Arifin,
Prigen. Mulanya DAPALA merupakan sebuah komunitas kecil, sebuah kumpulan
mahasiswa pecinta alam yang namanya sama sekali tidak terekspos dikalangan para
aktivis kampus IAI Dalwa dan juga para santri Dalwa. Namun, akhir-akhir ini
namanya mulai tercium dikalangan masyarakat kampus juga para santri,
dikarenakan kegigihan, keikhlasan dan keistiqomahan mereka dalam memberikan
pengaruh positif untuk para mahasiswa, santri maupun lingkungan PP.Dalwa itu
sendiri.
Salah
satu kegiatan mereka yang sangat bisa dirasakan manfaatnya hingga kini adalah
penghijauan atau Go-Green yang dilakukan dibeberapa titik di area PP.Dalwa.
yang membuat teduh tempat-tempat yang gersang dan membuat indah mata memandang
karena susunan tata letak tanamannya yang
baik dan terorganisir.
Awal
kegiatan mereka, sekaligus awal penamaan DAPALA adalah ketika mereka mengadakan
muncak bareng di gunung bromo yang ketinggiannya mencapai 2.329
Mdpl. Dan di puncak bromo tiulah terlahirnya nama DAPALA. Yang
anggota awalnya berjumlah 15 orang.
Bermodalkan uang saku
pribadi yang dikelola sebegitu baiknya, anak-anak DAPALA sangat mandiri dalam
segi finansial. Dana yang mereka miliki terus diputar lewat bazar, kaos, stiker
dll, agar dapat menopang dan melancarkan segala kegiatan mereka.
Lebih jauh lagi, semua
kegiatan DAPALA sangat patut diapresiasi. Semisal kegiatan mereka yang bertajuk
“Sungaiku bersih” agar dapat merealisasikan kebersihan sungai di
belakang kawasan pondok.
“walaupun sungainya
keruh dan sudah tercemar oleh limbah,setidaknya kita bisa memperindahnya dengan
menghilangkan sampah disekitar sungai agar dapat terjaga kebersihannya dan agar
sedikit lebih enak untuk dipandang ” ungkap Faqih selaku wakil ketua umum
DAPALA
Selain sungai perhatian
mereka juga tertuju pada pantai dan gunung. Lewat programnya yaitu pelepasan
seribu penyu di pantai-pantai tertentu serta mendirikan beberapa sarana atau
tempat untuk beribadah (musholla) dibeberapa pantai yang tidak ada timpat
ibadah disekitarnya. Dan penanaman seribu pohon di setiap puncak gunung yang
mereka daki.
“Kami ingin
berpartisipasi dalam menjaga ekosistem serta ingin merubah mindset para
pendaki agar mendaki bukan hanya ajang hebat-hebatan, ajang keren-kerenan dan
ajang kesombongan melainkan untuk bertafakkur kepada Sang Maha Pencipta dengan
melihat keindahan ciptaannya dan tak lupa akan kewajiban khususnya shalat” Ujar
Faqih. Karena memang kebanyakan orang lupa akan kewajiban ketika mereka sedang berekreasi.
Dan juga dalam jangka
dekat ini mereka akan mengadakan training survival bersama TNI AD
Kabupaten Pasuruan guna mempelajari kiat-kiat ketika tersesat di hutan, P3K,
Penanggulangan bencana dll.
“Dengan adanya DAPALA ini, semoga semua orang bisa
sadar bahwa pentingnya menjaga ekosistem serta menyadarkan kita semua agar
selalu membuang sampah pada tempatnya” Ungkap Faqih mahasiswa IAI Dalwa.Ahmad zulqisti Zein/Red.